Music

7 Malam Pertama Di Alam Kubur?


Buku buah karya Jamal Ma’mur Asmani : Beginikah Rasanya 7 Malam Pertama Di Alam Kubur? : Bacaan inspiratif Pengingat Kelalaian Hati, 206 hlm, Penerbit Diva Press, 2008 ini boleh juga.  Buku yang judulnya cukup menantang ini terbit pertama Juli 2008, dan saya membelinya pada cetakan ke 3 September 2008.  Dengan kata lain, tiap bulan cetak ulang.



Pada cover buku dengan kombinasii warna putih, hitam, merah dan disain yang cukup catch eye tertulis dua ayat yang dipasang pada cover :


QS Yaasin 36:52Mereka berkata: “Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?.” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul- rasul(Nya).
QS Al-Hajj 22:7. dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.
Terdiri dari 5 bab yaitu 1 : Misteri Alam Kubur, 2 Persiapan Menjelang Ajal Tiba, 3 Rahasia Tujuh Hari Pertama di Alam Kubur, 4 Teladan Para Kekasih Allah, dan bab terakhir bab 5 Menggapai Surga Dunia dan Akhirat. Penulisnya lahir 1979, sarat dengan pengalaman Pasantren dan telah menulis beberapa buah buku yang diterbitkan beberapa nama penerbit.
Secara keseluruhan, buku ini mengajak pembacanya untuk melihat kehidupan dunia sebagai bagian dari perjalanan menuju neraka atau surga negeri yang kekal.  Negeri akhirat.  Tahapan kehidupan manusia dimulai dari alam kandungan, alam dunia, alam kubur (barzakh), dan alam akhirat.  Dijelaskan tidak terlalu lengkap dan agak sedikit dangkal, namun cukup memadai untuk memberikan gambaran perjalanan manusia.  Saya pikir kalau dijelaskan juga sebelum sampai ke alam kandungan, ketika ruh melakukan perjanjian dengan Allah (QS 7:172) akan lebih melengkapi.  Namun, boleh jadi memang fokus penulisnya sesuai tema buku sehingga kurang menarik perhatian.
Mengingat Mati.
Alam kubur dari tahapan yang dijelaskan oleh buku ini dinilai sebagai tahapan mendebarkan karena alam kubur adalah alam pertama manusia mempertanggungjawabkan amal perbuatannya, sendirian dalam ruangan gelap tak berteman.  Siksa dan nikmat adalah dua hal yang mengiringi manusia di alam kubur.  Oleh sebab itu, manusia harus selalu mengingat kematiannya yang tidak bisa diterka kapan datangnya.  Mengingat kematian dalam arti mempersiapkan diri secara maksimal dengan memperbanyak amal shalih.  Perbanyaklah mengingat sesuatu yang menghacurkan kenikmatan, yaitu kematian (HR Tirmidzi dan Nasa’i, yang dikatakan oleh Ibnu Hibban) (hlm 30).
Buku ini sarat dengan nasihat untuk beramal shalih (ibadah formal dan mencari ilmu dunia dalam kerangka ibadah) sehingga layak untuk memberikan inspirasi dan nasehat untuk tidak hanya bermegah-megahan di dunia, padahal jelas Allah akan menanyakan tentang kenikmatan yang dimegah-megahkan di dunia ini.
Pentingnya Ilmu Yang Bermanfaat.
Cukup menarik yang disampaikan anak muda ini mengenai ilmu yang bermanfaat : 1. Mengamalkannya, dan 2 Menyebarluaskannya (mengajarkan).  Mereka yang menyebarkan bisa bernama atau disebut kyai, ustad,  mubaligh, intelektual, penulis, dan lain sebagainya (hlm 104).  Penulis tidak secara tegas menegaskan bahwa ilmu agama saja yang penting.  Namun keseluruhan ilmu yang bermanfaat.  Dengan begitu Islam menjadi salah satu satu-satunya agama yang mendorong ummatnya untuk memperhatikan 3 hal, yaitu belajar, belajar, dan belajar sampai akhir hayat.  Agak jarang penulis yang mendorong dibangunnya suatu spirit yang secara tegas seperti ini.  Kebanyakan fokusnya hanya semata pada ibadah vertikal saja.  Kalaupun ada ibadah horisontal, biasanya kupasannya terlalu seadanya.
Halaman selanjutnya menjelaskan hadis yang berkenaan dengan ini (hlm 105-106).
Barang siapa belajar satu bab ilmu yang bermanfaat untuk akhirat dan dunianya, maka itu lebih baik dari umur dunia tujuh ribu tahun, puasa siangnya, dan shalat malamnya, diterima tidak ditolak.
Belajarlah ilmu, karena sesungguhnya mempelajarinya karena Allah adalah kebaikan, mengkajinya seperti membaca tasbih, menelitinya seperti berjuang, mencarinya adalah ibadah, mengajarkannya adalah shadaqah, mencurahkan ilmu kepada ahlinya adalah mendekatkan diri, berpikir dalam ilmu menyamai puasa, dan mengingat-ingatnya menyamai shalat malam.
Di tengah keringnya semangat keilmuan, maka mengingat mati sambil memesankan untuk juga memiliki etos muslim yang dunia – akhirat adalah satu pola pikir yang layak kita apresiasi.
Itu semua adalah investasi akhirat (hlm 117).
Bab ketiga adalah penjelasan Tujuh Hari pertama di alam kubur. Hari pertama dijelaskan tersendiri dan hari kedua sampai ke tujuh dalam satu subbab tersendiri.  Memang hari pertama, terlebih sebelum memasuki hari pertama adalah saat paling kritikal.  Adakah seorang wafat husnul khatimah atau dalam keadaan merugi.
Tekanan Sakratul Maut.
Rankaian ayat yang cukup penting untuk diperhatikan oleh orang beriman :
QS 6: 93. Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: “Telah diwahyukan kepada saya”, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: “Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.” Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu” Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya. 94. Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu; dan Kami tiada melihat besertamu pemberi syafa’at yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kamu. Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kamu dan telah lenyap daripada kamu apa yang dahulu kamu anggap (sebagai sekutu Allah).
QS 56:83. Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, 84. padahal kamu ketika itu melihat,85. dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat, 86. maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)?, 87. Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?
Uraian selanjutnya, menjelaskan betapa beratnya berhadapan dengan sakratul maut.  Sejumlah hadis dan memang Al Qur’an juga sudah menjelaskan betapa beratnya seseorang berhadapan dengan sakratul maut.
Sebuah hadis meriwayatkan (HR Bukhari, Abu Dawud, Nasa’i) dijelaskan oleh penulisnya (hlm 130) :
Sesungguhnya seorang hamba jika sudah diletakkan di kuburannya, lalu para sahabatnya pergi, maka ia pasti mendengar suar langkah dari sandal sahabatnya.  KEtika mereka sudahpergi, maka datanglah kepadanya dua malaikat, kemudia mereka berdua (malaikat) mendudukkannya dan berkata kepadanya, “Apa yang kamu katakan dalam masalah laki-laki ini, Muhammad?”
Adapun orang yang beriman maka ia menjawab, ‘Aku bersaksi bahwa sesungguhnya ia adalah hamba Allah dan utusan-Nya.’Kemudian diucapkan,’Lihatlah tempatmu di neraka, Allah telah menggantinya kepadamu tempat di surga.’Kemudian mereka melihatnya semua.
“Adapun orang kafir dan munafik, maka ia berkata,’Aku tidak tahu, aku berkata seperti apa yang dikatakan manusia.’Kemudian dikatakan, ‘Kamu tidak mengetahui dan kamu tidak membaca?’ Kemudian, ia dipukul satu pukulan dengan palu dari besi antara dua telinganya, kemudia ia menjerit yang bisa didengar orang sekitarnya kecuali jin dan manusia.
Hari Pertama di Alam Kubur.
Dari kutipan buku Imam Abdurrahman bin Ahma al-Qadhi, Daqiqul Akhbar yang dikutip oleh penulisnya, mayit yang menuliskan amalnya yang jelek maka ia akan dibukakan pintu neraka, ia lalu melihat tempatnya di Neraka. Ia mengecap (mencap, menandai) dengan kukunya dan menggnatungkannya di leher amalan baik dan buruk yang ditulisnya dan menggantungkannya di lehernya sampai hari kiamatmaka ia terus dalam keadaan seperti itu sampai datangnya hari kiamat (hlm 127-129). Sumber inspirasi tulisan tentang hari pertama sampai hari ke tujuh ini di dominasi oleh hadis dan cerita-cerita yang bisa membuat bergidik. Unsur menakut-nakuti cukup terasa. Wajarlah kita takut dan tentunya diharapkan karenanya kualitas keimanan kita dapat ditingkatkan.
Penjelasan tentang melihat tempatnya di neraka sampai hari kiamat dan tetap dalam keadaan itu bersumber dari hadis/buku yang dikutip penulis. Di Al Qur’an sendiri tidak ada penjelasan kondisi seperti diceritakan, tapi jelas pula seperti pada cover buku ini. Ditulis pula ayat 36:52 seperti dikutip di awal :”… siapakah yang membangkitkan kami dari tidur kami…” Jadi penjelasan hari pertama ini berbeda dengan ayat yang dikutip. Sayang penulisnya tidak menjelaskan lebih terinci perbedaan ini atau menjelaskan beberapa keadaan yang didapat dari nikmat, siksa kubur, nikmat kubur, dan saat dibangkitkan serta perjalanan setelah hari pengadilan. Runtutan ini bisa membuat esensi dan pemaknaan buku ini terhadap “misteri” akan lebih bernilai karena runtutan logis dalam kombinasi ayat dan hadis tentulah harus berkesuaian.
Lepas dari hal ini, secara keseluruhan buku ini inspiratif dan mengingatkan agar tidak terlena pada dunia, tidak memutuskan pahala yang masih bisa diraih walaupun kita sudah masuk alam kubur.
Selebihnya, buku ini memang mengingatkan saya betapa pentingnya untuk setiap saat memposisikan diri dalam kerangka bahwa hidup ini adalah fana, semu, penuh tipu daya sehingga mengisinya dengan amal shalih menjadi sasaran pokoknya jangan kita lupakan.  Negeri akhirat adalah negeri yang dijanjikan Allah, kita berharap rahmat dan ampunanNya untuk tiba ke sana dengan selamat……
Share on Google Plus

About Halim

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment